
Siswa Lamban Membaca: Identifikasi, Pisahkan dan Layani Khusus

Oleh Warsiah *)
Keterampilan membaca berpengaruh kepada keberhasilan belajar siswa. Anak yang lamban membaca cenderung terus ketinggalan karena tidak mampu mengikuti pembelajaran. Anak-anak seperti ini harus mendapatkan layanan khusus agar mereka bisa mengejar ketertinggalannya. Di sekolah saya, layanan ini kami lakukan dengan tiga tahap, yaitu: identifikasi, dipisahkan, dan dilayani khusus.
Identifikasi
Setelah diidentifikasi, ternyata beberapa siswa di kelas 4,5 dan 6 tidak bisa membaca lancar. Bahkan kami menerima laporan, ada siswa dari tamatan sekolah kami tidak lancar membaca ketika di SMP.
Saya mulai dengan mengindentifikasi siswa yang tidak bisa membaca di kelas tinggi. Saya biasanya masuk ke kelas mengantikan guru pada waktu tertentu. Satu persatu anak saya test membaca. Caranya pakai saya minta membaca buku. Dulu saya pakai buku teks pembelajaran. Sekarang saya pakai buku cerita. Test ini berkali-kali, sampai saya yakin anak tersebut mengalami hambatan belajar karena tidak lancar membaca. Saya membutuhkan waktu sampai dua minggu untuk mengindentifikasi
Anak-anak yang tidak lancar membaca biasanya menunjukkan tanda-tanda khusus. Jika diminta membaca kalimat, biasanya mereka akan lama sekali mengeja satu kata. Mereka sering menyebut huruf tidak teratur. Tidak mengetahui konteks bacaan, dan tidak mampu menjukkan kata yang dieja. Bahkan tidak jarang, mereka mengeja kata yang bukan diminta untuk dibaca. Hal itu disebabkan anak menghafal kata, sehingga ketika diminta membaca kata yang lain, mereka tidak mampu.
Dipisahkan
Setelah saya observasi, maka anak dipisahkan dari kelompoknya. Saya minta kepada guru, anak tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran. Anak yang tidak lancar membaca, jika dipaksa ikut pembelajaran tidak akan bermanfaat. Anak malah akan semakin tertekan.
Karena tidak bisa membaca, maka anak tidak mampu menangkap materi yang diajarkan. Kepada anak-anak ini diberikan treatment khusus agar mereka cepat bisa membaca. Dengan begitu mereka masih bisa mengejar ketertinggalan dari teman-temannya.
Anak yang tidak bisa membaca, saya pilah lagi. Anak yang tidak bisa mengeja dengan yang tidak lancar membaca dipisahkan. Mereka akan ditangani dengan cara berbeda. Jika disatukan malah tidak efektif.
Pelayanan Khusus
Kepada anak yang tidak bisa mengeja, saya memberikan treatment dengan mulai memperkenalkan huruf. Saya menggunakan kartu huruf dan kata. Biasanya setelah satu minggu anak dilayani secara khusus, mereka sudah bisa mengenali huruf
Setelah anak bisa mengenal huruf, saya lanjut dengan mengenal bunyi huruf. Saya ajarkan anak mengenal huruf sekaligus membunyikannya. Kami melakukannya bersama-sama. Butuh dua minggu agar anak bisa mengenal bunyi huruf.
Setelah mampu mengenal huruf dan bunyinya, materi saya lanjutkan kepada mengenal kata. Saya mulai dengan memperkenalkan gabungan dua suku kata yang memiliki arti. Misalnya ‘bo’ dan ‘la’, jika digabung menjadi bola. Atau ‘ka’ dan ‘ki’, yang digabung menjadi kaki. Pada bagian ini butuh 1,5 bulan.
Jika mereka sudah lancar mengenal dua suku kata, kami baru pindah kepada bacaan. Saya akan mengajak mereka membaca buku cerita bergambar. Penggunaan buku gambar membantu anak mengetahui makna cerita.
Saya juga memakai Big Book. Ketika membaca big book, anak saya minta tidak hanya mengucapkan kata dengan benar, tetapi juga menunjuk kata yang dibaca. Setelah mereka selesai membaca, saya akan meminta mereka menceritakan ulang topik yang dibaca. Mereka harus menjelaskan dengan kata-kata sendiri. Ini bertujuan memastikan anak memahami makna bacaan.
Ikuti Mau Anak
Pemberian layanan saya berikan mulai pagi sampai selesai jam pembelajaran. Tidak mudah juga, karena anak tidak tahan berlama-lama duduk di kelas. Mereka merasa bosan karena tidak belajar bersama rekan sebayanya.
Mengantisipasi ini saya berusaha membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan. Saya juga memperhatikan suasana hati anak. Jika mereka ingin bermain-main, saya biarkan mereka bermain dulu. Jika suasana hatinya gembira, maka saya lanjutkan kembali kegiatan membaca. Tapi saya juga tidak memaksa kalau mereka minta pulang.
Selain itu faktor kehadiran anak juga menjadi tantangan lain. Anak tidak selalu datang ke sekolah. Ada banyak alasannya. Biasanya alasan utamanya karena tidak bisa membaca, mereka menjadi tidak tahu apa yang harus dipelajari. Akhirnya mereka menjadi bosan di sekolah. Walau begitu saya tidak menyerah. Kalau mereka tidak datang beberapa hari, saya datang menjemput mereka ke rumah. Saya bekerjasama dengan orangtua, untuk mengajak anak kembali belajar.
Saya tidak menyerah walau tidak mudah. Saya sadar betul telah diberi tanggung jawab menjadi guru dan kepala sekolah. Ada perasaan bersalah dan sia-sia jika anak-anak itu gagal dalam pendidikannya karena tidak bisa membaca. Bagi saya, semua anak itu pintar asal dilayani sesuai dengan gaya belajar mereka (*)
*) Kepala SDN 013 Buluh Perindu, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara). Ia terlibat dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang difokuskan untuk menjawab tantangan rendahnya keterampilan membaca siswa kelas awal. Program ini dikembangan Disdikbud Bulungan, INOVASI dan didukung LPMP Provinsi Kaltara.