Bacakan Cerita, Anak Menjadi Rajin Sekolah
Oleh Nurhani Tawan *)
Saya mengajar sejak tahun 1986. Penempatan pertama saya di pedalaman Pesok. Tahun 2004 saya pindah ke Binai. Lama saya mengajar di kelas awal.
Sebagai guru kelas awal, banyak tantangan yang saya dan guru lain hadapi. Terutama untuk membantu anak bisa cepat membaca. Sejak ikut program INOVASI, kami mulai membangun kelas literat. Kegiatan membacakan buku cerita kami lakukan. Anak-anak suka dibacakan cerita. Mereka jadi rajin ke sekolah.
Sekolah kami ini sekolah filial. Filial artinya sekolah cabang. Induk sekolah kami berada di SDN 008 Binai. Sebelum jembatan dibangun, kami harus menempuh jarak 3 kilometer ke sekolah induk. Anak-anak juga harus menyebarang sungai. Cukup berbahaya karena mereka masih kecil-kecil. Itu sebabnya sekolah filial ini dibangun.
Sekolah kami berada di tengah kebun sawit. Siswa kami kebanyakan anak-anak pekerja kebun sawit. Mereka tinggal tersebar dan cukup jauh. Mereka sering tidak “turun” ke sekolah karena jauh. Turun merupakan istilah setempat untuk menyebut datang. Tidak turun artinya tidak datang ke sekolah.
Sejak dibacakan cerita, anak-anak sekarang semakin rajin turun. Saya membacakan cerita untuk mereka setiap hari. Cara kami membaca juga berbeda-beda. Kadang duduk di kursi. Kadang duduk di lantai. Pokoknya kami buat kegiatan membaca senyaman mungkin.
Saya berusaha selalu interaktif ketika membacakan cerita. Saya memakai gerak tubuh, mimik wajah dan bermain suara. Sesekali anak saya ajak bertanya-jawab. Melalui cara itu, saya bisa tahu apakah mereka mengerti jalan cerita atau tidak.
Sekolah kami tidak punya banyak buku cerita di sini. Namanya juga sekolah di pelosok. Saya harus pintar-pintar membagi cerita, agar cerita bisa sampai akhir semester. Untuk itu saya punya trik khusus yaitu cerita dicicil. Caranya isi satu buku cerita, tidak semua saya bacakan sampai tuntas. Saya menyisakan atau menyicil beberapa bagian cerita untuk esok hari. Selain untuk menghemat cerita, cara ini juga efektif membuat anak datang lagi ke sekolah. Cerita yang terputus, membuat mereka penasaran. Akhirnya mereka esoknya datang lagi ke sekolah.
Selain membacakan cerita, saya juga mulai menerapkan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktivitas kerja kelompok, tanya jawab dan presentasi sudah biasa kami lakukan. Saya juga menggunakan media pembelajaran. Semua karya siswa dan produk pembelajaran, kami pajang di sudut baca. Walau kelas kami terbuat dari kayu, tetapi isinya banyak produk siswa.
*) Guru Kelas 2 SDN 008 Filial, Binai, Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan. Ia terlibat dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang difokuskan untuk menjawab tantangan rendahnya keterampilan membaca siswa kelas awal. Program ini dikembangan Disdikbud Bulungan, INOVASI dan didukung LPMP Provinsi Kaltara.