Kemendikbud Perkuat Pemahaman Dosen Kembangkan IT untuk Menyusun Bahan Ajar
Jakarta, Kemendikbud — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah beberapa kali melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran daring yang telah dilakukan sejak Maret 2020 lalu. Menurut pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Nizam, pihaknya telah melakukan survei kepada mahasiswa dan dosen sebanyak dua kali yaitu di bulan Maret dan April 2020.
“Pada bulan Maret, sebagai langkah darurat untuk mencegah penyebaran Covid-19, sebanyak 8 juta mahasiswa dan 300.000 dosen kita secara mendadak bertransformasi ke dalam pembelajaran daring. Dari hasil survei yang disebarkan kepada mahasiswa dan dosen, didapatkan 70% menyatakan pembelajaran daring dinilai baik bahkan sangat baik. 30% lainnya masih mengakui adanya kelemahan. Kendalanya seperti keterjangkauan dan stabilitas jaringan, kadang-kadang suara hilang di tengah-tengah kuliah atau putus koneksi namun kejadiannya tidak setiap hari,” ungkap Nizam.
Berdasarkan catatan tersebut, Ditjen Dikti segera melakukan perbaikan agar pembukaan semester depan melalui daring berjalan lebih efektif dan efisien. Saat ini Ditjen Dikti memberikan pelatihan untuk seluruh dosen akademik dan vokasi secara terbuka selama sebulan lebih dari tanggal 18 Juni hingga akhir Juli. “Tidak berbayar, berisi tips dari para pakar dan praktisi dalam penggunaan teknologi pembelajaran daring, tentang pedagogiknya, perencanaan pembelajarannya, manajemen sistemnya, cara memanfaatkan berbagai teknologi yang ada serta hemat pulsa,” demikian terang Nizam.
Pelatihan yang diberikan kepada peserta ini, setiap sesinya dilakukan secara paralel. Para peserta yang menjalani pelatihan dengan tuntas akan mendapatkan sertifikat. Semangat pelatihan ini adalah agar peserta bisa saling berbagi, saling sharing, yang diperkuat dengan sistem pembelajaran daring (SPADA). “Ini adalah platform pembelajaran digital daring bersama-sama antar perguruan tinggi. Kita perkuat konten-konten, kita dorong perguruan tinggi untuk berbagi,” ucap Nizam optimis.
SPADA adalah layanan yang diberikan sebagai media berbagi konten-konten pembelajaran di berbagai bidang. Perguruan tinggi dan mahasiswa dapat memanfaatkan konten belajar yang telah disediakan secara gratis oleh berbagai instansi pada laman https://spada.kemdikbud.go.id/. Kemendikbud membuka ruang bagi dosen yang ingin berbagi materi terbuka melalui platform ini.
Selain itu, untuk mengoptimalkan perluasan dan stabilitas jaringan, Kemendikbud telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Menkominfo, kata Nizam, menugaskan dua dirjen untuk mendukung Kemendikbud. “Dan kita sudah berkoordinasi erat dengan mereka untuk merangkul daerah-daerah 3T yang saat ini blank spot untuk bisa diupayakan ter-cover di semester depan karena mahasiswa saat ini sudah berada di kampung halamannya masing-masing,” ujarnya.
Lebih lanjut Nizam menyebutkan bahwa saat ini sudah banyak platform pembelajaran yang diproduksi oleh anak negeri. Nizam menyebutkan beberapa contoh platform, seperti Zoom, Webex, dan sebagainya. “Teman-teman dari penyedia layanan internet sudah menyediakan platform merah putih seperti You Need Me, Cloud X. Sekarang kapasitasnya juga sudah bisa ditingkatkan jika sebelumnya 40 orang, dalam waktu dekat mereka menjanjikan itu bisa sampai 100 orang. Biasanya paket merah putih itu sudah di-bundle sehingga lebih hemat dari sisi biaya.Program semacam itu yang sedang kita siapkan dengan teman-teman penyedia internet,” katanya.
Nizam juga menerangkan bahwa Kemendikbud telah menyiapkan learning management system (LMS) bagi perguruan tinggi yang belum memiliki platformnya. (LMS) ini disiapkan secara cuma-cuma, ada yang berbasis moodle dan ada yang berbasis google classroom. “Akses ke website-website seperti di SPADA sudah dimasukkan dalam white list, artinya tidak berbayar. Jadi kalau kita mengakses situs-situs pembelajaran di kampus-kampus yang sudah terdaftar URL-nya itu sudah tidak berbayar sudah di-white list-kan oleh internet provider,” tuturnya.
Ditambahkan Dirjen Pendidikan Vokasi, pihaknya sedang menyusun materi pembelajaran praktik berbasis video dan multimedia yang akan diupload di SPADA. Materi-materi tersebut dapat digunakan bersama oleh seluruh dosen untuk mengajarkan mata kuliah yang mereka ampu. “Kita sedang memandu pembuatan 1.000 materi pembelajaran praktik. Mudah-mudahan dalam waktu dua bulan ini dosen dapat mempersiapkan materi-materi pembelajaranya untuk dipraktikkan di multimedia dan divideokan,” imbuhnya.
Pola pembelajaran kreatif dan kolaboratif diyakini dapat menjawab tantangan dunia pendidikan di masa pandemi. Nizam mencontohkan model pembelajaran jarak jauh yang tidak harus dilakukan secara daring namun tetap sejalan dengan konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. “Misalnya menjadi relawan kesehatan seperti yang dilakukan mahasiswa kesehatan. Modul yang kita siapkan untuk Mitigasi Covid-19 mendapatkan kompetensi tentang epidemologi, tentang screening, tentang komunikasi sosial dan sebagainya sehingga bisa mendapat SKS dari kegiatan tersebut sekaligus mereka memberi manfaat bagi masyarakat dalam upaya mitigasi pandemi ini. Untuk yang engineering membuat face-shield, masker, ventilator, APD,” jelasnya.
Selain itu, Nizam meyakini bahwa riset bersama dosen dan proyek-proyek mandiri sangat mungkin dilakukan. Bahkan banyak prestasi dari mahasiswa ternyata tidak berhenti di tengah pandemi ini. Ada mahasiswa UGM menang juara II tingkat internasional pembuatan satelit kaleng. Proyek-proyek mandiri di Kampus Merdeka itu di-SKS-kan. “Jadi ini bentuk-bentuk pembelajaran kekinian yang sangat kita harapkan. Agar mahasiswa menjadi kreatif inovatif, bisa mewujudkan idenya dan mengikui passion-nya,” kata Nizam. (Denty A./Aline)