Fasilitator Program Sekolah Penggerak Jadi Pembuka Kerja Kolaboratif di Sekolah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali membuka pendaftaran seleksi calon fasilitator Program Sekolah Penggerak angkatan ke-3. Melalui langkah ini, Kemendikbudristek berupaya menciptakan fasilitator yang mampu menjadi penghubung kerja sama yang baik antarseluruh warga sekolah.
“Fasilitator berperan sebagai pendamping dan pendukung kepala sekolah, guru/pendidik, dan pengawas sekolah/penilik, untuk mewujudkan tujuan dari program ini sendiri, yaitu sekolah yang berpusat pada murid,” ucap Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Praptono, di Jakarta, Senin (21/3).
Fasilitator Program Sekolah Penggerak angkatan 3 merupakan bentuk dukungan bagi pelaksanaan program Sekolah Penggerak yang diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim pada Februari tahun lalu.
Program Sekolah Penggerak merupakan upaya transformasi sekolah yang berfokus pada pengembangan kompetensi SDM mulai dari siswa, guru, sampai kepala sekolah. Dengan SDM yang kompeten, harapannya dapat tercipta lingkungan belajar yang aman, nyaman, inklusif, dan menyenangkan di sekolah.
Secara garis besar lanjut dia, fasilitator adalah barisan perubahan untuk mentransformasi pendidikan Indonesia melalui Program Sekolah Penggerak untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Dalam pelaksanaan program, para fasilitator Program Sekolah Penggerak akan mendampingi tiga sampai lima sekolah dalam satu kabupaten, selama minimal satu tahun.
“Fasilitator juga akan bertugas mendorong dan membuka kemungkinan-kemungkinan kolaborasi atau gotong-royong antarseluruh ekosistem pendidikan sekolah dan pemangku kepentingan di kabupaten. Selain itu, fasilitator dalam menjalankan fungsi dan tugas mereka juga akan berkesempatan belajar dan berbagi bersama pengawas, kepala sekolah, dan guru di daerah sasaran program,” terang dia.
Direktur Praptono mengatakan, selain pengembangan kompetensi dan membuka kemungkinan kerja-kerja gotong-royong ekosistem pendidikan, fasilitator nantinya juga akan menjalankan fungsi pengawasan. “Para fasilitator ini nantinya saat bertugas juga akan melakukan pengawasan kemajuan pembelajaran kepala sekolah, pengawas sekolah atau penilik, guru atau pendidik,” jelasnya.
Praptono menambahkan, Program Sekolah Penggerak merupakan upaya transformasi dari hulu ke hilir ekosistem pendidikan. “Program ini fokus pada pengembangan SDM dan membuka peluang untuk menggerakkan ekosistem tersebut, penghubung kolaborasi, melakukan kerja gotong-royong untuk kemajuan pendidikan di Indonesia,” tutup Praptono.
Ericka Darmawan selaku fasilitator Program Sekolah Penggerak angkatan pertama tahun 2021-2022 yang bertugas di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menyampaikan bahwa tugas utama fasilitator yaitu mampu membuka peluang kerja kolaborasi dan mendampingi sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka serta menginformasikan paradigma baru dunia pendidikan.
“Fasilitator ditantang untuk mengimplementasikan pengetahuan tentang struktur dan peningkatan (upgrade) pengetahuan tentang kurikulum merdeka, paradigma pendidikan terbaru, dan melakukan melakukan kerja kolaborasi antarsekolah, satuan pendidikan, komunitas, bahkan sampai ke orang tua murid,” jelasnya.
“Kita harus mencari desain ideal implementasi di tiap-tiap sekolah karena masing-masingnya unik,” imbuh Ericka yang juga merupakan akademisi di Universitas Tidar, Magelang.
Selain itu Ericka menjelaskan bahwa sebelum proses tersebut, para fasilitator telah diberikan bekal pengembangan andragogi dan pedagogi sebelum turun ke lapangan. “Jadi fasilitator termasuk yang beruntung karena mengetahui lebih awal detail informasi awal prosedur implementasi kurikulum merdeka. Fasilitator juga mendapat bekal keilmuan mengenai ragam informasi paradigma baru ilmu pengetahuan yang bahkan tidak di dapat di bangku perkuliahan,” lanjut Ericka.
Hal yang sama diungkapkan Maryati, fasilitator wilayah Kabupaten Bogor yang juga merupakan seorang guru di SMP Lazuardi GCS, Kota Depok. Maryati merasakan kemampuannya dalam pendampingan bertambah setelah mengikuti bimbingan teknis fasilitator Program Sekolah Penggerak. “Terutama kemampuan saya dalam bertanya dan menyadari bahawa saya berlaku sebagai seorang coach. Saya lebih bisa membuat dan mengarahkan pertanyaan ke dalam bentuk-bentuk diskusi mendalam terkait persoalan sekolah,” katanya.
Maryati yang menjadi fasilitator untuk lima sekolah tersebut menyatakan selama menjalankan tugas, ia melihat bahwa sekolah atau kepala sekolah benar-benar berharap seorang fasilitator menjadi sumber solusi dari persoalan sekolah. “Kita menyadari sebagai fasilitator, berusaha menggali dan memaksimalkan potensi sebuah sekolah hingga elemen sekolah tersebut terbiasa nantinya untuk meng-coach diri mereka sendiri. Prosedurnya kita ikuti apa yang sudah diajarkan dalam bimtek, mulai analisis masalah, kalibrasi, dan seterusnya,” terang Maryati yang menyatakan bahwa banyak sekali pengalaman yang dirasakan selama ia menjadi fasilitator.
Informasi pendaftaran fasilitator Program Sekolah Penggerak ini dapat dilihat lebih lanjut pada laman berikut: https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/programsekolahpenggerak/pelatihahli/