Kolaborasi Mewujudkan Merdeka Belajar melalui Penyediaan Sumber Informasi Berkualitas
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini memaksa perpustakaan sekolah untuk mengoptimalkan beragam platform dalam mendukung proses pembelajaran. Salah satu caranya adalah dengan penggunaan media sosial untuk meningkatkan pemanfaatan perpustakaan sekolah oleh pendidik dan peserta didik. Hal tersebut disampaikan Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Anang Ristanto, pada seminar nasional bertema Digital Marketing dan Branding Perpustakaan Sekolah, di Perpustakaan Kemendikbudristek, Jakarta, Jumat (27/1/2023).
Dalam seminar kolaborasi antara Perpustakaan Kemendikbudristek dengan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) ini, Anang mengatakan, pustakawan sekolah perlu untuk memahami karakteristik dan kebutuhan pendidik dan peserta didik yang beragam agar dapat memberikan layanan dan menyajikan sumber informasi yang tepat guna. “Dengan media sosial misalnya, perpustakaan dapat memunculkan citra modern, gaul, dan menyenangkan sehingga menarik pendidik dan peserta didik untuk memanfaatkan fasilitas dan layanan perpustakaan,” ujarnya.
Anang menambahkan, menurut laman http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/, pada tahun 2020/2021 dari jumlah 165 ribu sekolah negeri, terdapat 136 ribu sekolah yang telah memiliki perpustakaan. Sedangkan untuk sekolah swasta, dari 52 ribu sekolah, yang memiliki perpustakaan sejumlah 45 ribu sekolah. Data ini memperlihatkan masih ada sekolah yang belum memiliki perpustakaan.
Walaupun demikian, menurut Anang, pengelola perpustakaan sekolah juga dapat membangun ekosistem yang menyenangkan bagi pendidik dan peserta didik dengan memanfaatkan berbagai sumber daya perpustakaan dan sumber pembelajaran terbuka (Open Educational Resources/OER) yang saat ini telah banyak tersedia secara daring. “Kemendikbudristek telah menyediakan berbagai platform penyediaan buku dan bahan bacaan gratis, yang dapat diakses melalui laman buku.kemdikbud.go.id, sibi.go.id, dan Repositori Kemendikbudristek,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan, melalui sumber-sumber pembelajaran tersebut, perpustakaan sekolah dapat mengasah imajinasi peserta didik melalui kegiatan literasi yang menarik seperti mendongeng, membaca cerita, atau menulis cerita ringkas.
Di sisi lain, guna meningkatkan kualitas pembelajaran, Kemendikbudristek menggagas Kurikulum Merdeka yang menjadi salah satu upaya mengatasi masalah rendahnya kualitas pendidikan. Kurikulum tersebut sudah diterapkan di lebih dari 140.000 satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Dan di era transformasi digital ini, tambah Anang, pustakawan sekolah dituntut untuk memiliki kemauan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitasnya agar dapat berkontribusi positif dalam penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah.
Selain itu, pada 2022 lalu, Kemendikbudristek menyalurkan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu kepada lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia khususnya di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Penyaluran buku ini disertai dengan pelatihan dan pendampingan dalam pemanfaatan buku bacaan tersebut.
Dalam seminar yang sama, narasumber dari UIN Syarif Hidayatullah, Rulli Nasrullah, menggambarkan kekuatan menciptakan branding perpustakaan melalui media sosial. Ia mengatakan bahwa 100 posting baik di satu akun resmi lembaga/kementerian akan kalah bersaing dengan 2 posting negatif di 25 akun warganet. Oleh karena itu, Rulli menegaskan merawat dan mengoptimasisasi konten yang telah dibuat tidak sekedar ada melainkan juga mendapat perhatian warganet.
“Pengelola perpustakaan sekolah perlu mengetahui fungsi konten di media sosial agar dapat menciptakan konten yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan sasaran dari instansi karena kita hanya membutuhkan waktu 1,7 detik untuk mendapatkan perhatian dari warganet,” ujar Rulli.
Ia menambahkan, untuk melakukan promosi dan pemasaran diperlukan konten yang menarik dan membuat penasaran dalam memproduksi konten.
Seminar kolaborasi Kemendikbudristek dan ATPUSI ini dilangsungkan secara hibrida dengan jumlah peserta 50 orang hadir di Perpustakaan Kemendikbudristek dan ratusan lainnya bergabung secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting. Webinar juga disaksikan secara langsung pada kanal Youtube Perpustakaan Kemendikbudristek.
Peserta webinar mencakup pustakawan sekolah, guru, maupun pegiat literasi. Di samping webinar, pertemuan tersebut juga dilakukan pengenalan Pengurus Pusat ATPUSI kepada peserta seminar sebagai bagian dari upaya memperluas jaringan asosiasi profesi tenaga perpustakaan untuk aktualisasi diri dalam hal kompetensi yang juga termasuk ke dalam instrumen akreditasi perpustakaan sekolah. (Dwi Retnawati/ Editor: Aline R.)