Satuan PAUD Program Sekolah Penggerak Penerima Chromebook Apresiasi Laman dan Sosial Media PAUDPEDIA

 

“Don’t judge the book by cover alias jangan menilai buku dari sampulnya” merupakan kalimat kiasan yang artinya “jangan menilai bobot atau suatu hal dari penampilan fisik luarnya saja”.

Kalimat kiasan tersebut sepertinya pas jika kita melihat penampilan pengeloia satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bernama Dian Agung Prayogo (43) yang menjadi Ketua Yayasan PAUD Merah Putih, Kelurahan Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.

Rambutnya yang gondrong dan badannya yang gempal berkulit sawo matang membuatnya terasa jauh dari kesan seorang pemilik satuan pendidikan. “PAUD yang kami bangun berdiri sudah 13 tahun, saya sebagai Ketua Yayasan, sedangkan istri saya Kepala Sekolah dan juga guru. Sebelumnya saya bekerja di perusahaan swasta di Jakarta. Istri saya mengajar IPA di SMP dan SMA Al Basyariah Cibinong,” ujarnya memperkenalkan diri.

Ditemui disela kegiatan Penelaahan Data Penggunaan Belajar.id pada Chromebook di Satuan Pendidikan, Dian Agung Prayogo menjelakan dirinya merupakan operator dapodik, operator TIK sekaligus sebagai Ketua Yayasan di satuan pendidikannya.

“Saya dan istri saya akhirnya memutuskan untuk totalitas mengelola lembaga ini mencurahkan seluruh daya dan upaya. Alhamdulliah sambutan masyarakat sangat baik. Kami sejak buka hingga sekarang hanya menerima 30 siswa atau dua rombongan belajar. Dan terpilih ikut Program Sekolah Penggerak, sehingga diberi amanah untuk menerima satu chroomebook dan alat TIK pendukungnya,” ujar Dian Agung Prayogo.

Menurut Dian, dirinya yang setiap hari menyiapkan sarana dan  prasana belajar mengaku sangat terbantukan dengan adanya chromebook. Sebelumnya PAUD Merah Putih menggunakan laptop milik Yayasan untuk mencari bahan belajar siswa. Tahun lalu sebanyak 1.287 Satuan PAUD di Indonesia memperoleh bantuan TIK dan Chromebook.

“Kami memiliki 7 orang guru dan tiga siswa berkebutuhan khusus. Dengan adanya chroomebook tentunya sangat membantu aktivitas di kelas seperti mendengarkan dongeng, senam harian, menyanyi lagu anak serta belajar sambil bermain lainnya,” ujar Agung.

Menurut Agung, di Kabupaten Bogor terdapat 24 Satuan PAUD yang menerima chroomebook. Kendala serta kesulitan yang dihadapi hampir sama masih kesulitan untuk menggunakan aplikasi yang lain selain membuka Youtube untuk anak belajar.

“Teman-teman penyelenggara PAUD yang ikut Sekolah Penggerak di Bogor punya group Whatsapp, hampir tiap saat percakapan saling posting bahan yang sumbernya  dari PAUD PEDIA. Jadi kami merasakan betul manfaat Youtube PAUDPEDIA, laman PAUDPEDIA serta sejumlah sosial medianya. Selama ini terus terang yang kami buka lebih banyak PAUDPEDIA Kemendikbud. Mungkin untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah aku belajar.id lebih banyak digunakan di jenjang itu,” ujar Agung Prayogo.

Sejumlah Sekolah Penggerak atau Satuan Pendidikan penerima chromebook jenjang Sekoh Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Luar Biasa yang mengikui kegiatan memberikan sejumlah catatannya terkait pengalaman setahun ini telah sekolah menerima bantuan TIK berupa chromebook.

Sejumlah guru dan juga operator sekolah yang hadir dalam kegiatan tersebut antara lain;

Sidiq Abdullah Rouf, Kepala Sekolah SMA Darun Nasyah, Robertus Yadi, Kepala Sekolah SMAN 42 Jakarta Timur, Ekoyono Wahyu, Kepala Sekolah SLB Tunarungu Santi Rama, Azra Azami Ysman, Kepala Sekolah SLB Al Azami Cianjur dan Dian Agung Prayogo, Ketua Yayasan PAUD Merah Putih Bojong Gede.

Menjawab pertanyaan apa saja kendala yang dihadapi sekolah dalam pemanfataan aku belajar.id dan chromebook dalam lembar kerja yang harus diisi, disebutkan guru dan siswa kurang memahami fungsi/pengunaan dari aplikasi yang ada di workspace for education karena begitu banyak dan terkadang sangat sulit untuk dipahami,

“Solusinya kami mencari sendiri informasi tersebut dari beragam sumber. Meski hasilnya belum optimal. Sedangkan perangkat chromebook sendiri masih kurang familiar seperti layout keyboard yang berbeda dari windows sehingga guru banyak yang masih terbiasa dengan laptop yang menggunakan windows. Sehingga kami menyarankan agar guru lebih banyak menggunakan chrombook sambil membentuk kebiasaan,” ujar Robertus Yadi dari SMAN 42 yang menerima 15 unit chromebook.

Dikatakan, permasalah paling banyak dihampir setiap sekolah penggerak penerima chromebook yaitu kurangnya SDM di sekolah yang memahami pemanfaatan chromebook beserta chrome OS. Karena itu diperlukan penguatan dan pelatihan SDM oleh Kementerian misalnya pengenalan aplikasi yang tersedia di chromebook dan belajar.id.

Sedangkan Kepala Sekolah SLB Tuna Rungu Santi Rama, Ekoyono Wahyu memberikan apresiasi terhadap pemerintah karena SLB di Indonesia menerima 9 unit chromebook mengatakan berdasarkan informasi yang didapat dari guru kelas tunarungu, peserta didik tuna rungu sangat berterimakasih dan antusias dalam memanfaatkan chromebook. “Mereka belajar menggunakan chromebook melalui game mencocokan kata dan mencari huruf sayang sama. Sedangkan bagi peserta didik tunagrahita dan tuna netra chromebook digunakan untuk untuk pembelajaran menampilkan atau mendengarkan audio.

“Sedangkan untuk akun belajar.id sudah dimanfaatkan untuk masuk ke PMM, untuk dapat menggunakan canva tanpa berbayar, menyimpan data d drive belajar.id dan membuat google site sekolah sebagai profil sekolah yang dapat diaksesoleh pihak luar sekolah.

Penulis dan Peliput : Eko Harsono