
Luncurkan JEJOO, Bulungan Bantu Siswa Disabilitas dengan Kecerdasan Buatan
Siaran Pers – Tanjung Selor, 8 Mei 2025
Kabupaten Bulungan mencatat tonggak sejarah baru sebagai daerah pertama di Indonesia yang secara masif memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung layanan pendidikan inklusif. Dua program strategis resmi diluncurkan, yaitu pemberian alat bantu belajar bagi peserta didik penyandang disabilitas dan peluncuran Jejaring Konseling Online atau JEJOO, program konseling berbasis AI yang dirancang untuk menjangkau seluruh peserta didik, termasuk yang berada di wilayah terpencil.
Peluncuran berlangsung di Kantor Bupati Bulungan, Tanjung Selor, Kamis (8/5) dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari tingkat nasional, termasuk perwakilan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Agama, Komisi Nasional Disabilitas (KND), serta Kedutaan Besar Australia melalui Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI).
Bupati Bulungan, Syarwani, menyatakan bahwa program ini merupakan bagian dari visi strategis daerah dalam menciptakan sumber daya manusia unggul melalui pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Menurutnya, pendidikan inklusif bukan beban, melainkan investasi jangka panjang yang penting untuk masa depan daerah. “Kita tidak bisa bicara tentang kemajuan jika masih ada anak-anak yang tertinggal hanya karena mereka memiliki kebutuhan khusus,” ujarnya.
Peluncuran ini berbasis pada analisis data Profil Belajar Siswa (PBS) Kabupaten Bulungan tahun 2024. Dari 43.723 siswa yang terdata, sebanyak 568 anak teridentifikasi mengalami kesulitan fungsional, terdiri dari 126 anak dengan kesulitan ringan, 64 anak dengan kesulitan sedang, dan 65 anak dengan kesulitan berat. Selain itu, dibutuhkan 118 alat bantu belajar khusus seperti kacamata korektif dan alat bantu dengar. Tanpa intervensi memadai, hanya sekitar 2,8 persen dari mereka yang berpeluang menyelesaikan pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
JEJOO bukan sekadar alat bantu digital, tetapi merupakan implementasi nyata dari prinsip Pendidikan Bermutu untuk Semua—kebijakan nasional yang menekankan pentingnya akses pendidikan yang setara, relevan, dan berkualitas bagi semua anak. Teknologi ini membantu guru mengenali kebutuhan belajar anak dan merancang pendekatan pembelajaran yang lebih personal dan empatik. Kehadiran JEJOO memperkuat peran guru sebagai pendidik sekaligus pendamping tumbuh kembang peserta didik secara kognitif, sosial, dan emosional.
Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemendikdasmen, Saryadi, menyampaikan apresiasi tinggi atas inovasi yang dilakukan Kabupaten Bulungan. Ia menilai inisiatif ini sejalan dengan arah transformasi pendidikan nasional yang menekankan perluasan akses dan peningkatan mutu layanan bagi kelompok rentan. “Pemanfaatan data Profil Belajar Siswa, kolaborasi lintas sektor, dan integrasi teknologi menjadikan Bulungan sebagai contoh praktik baik pendidikan inklusif yang sistemik, terukur, dan dapat direplikasi di daerah lain,” ujarnya.
Dukungan terhadap program ini juga datang dari Kementerian Agama. Perwakilan Direktorat KSKK mengapresiasi keterlibatan aktif madrasah dalam pelaksanaan program. Mengingat sebagian besar madrasah di Kalimantan Utara adalah swasta dan berada di wilayah terpencil, keterlibatan mereka menunjukkan bahwa inklusi diterapkan tanpa membedakan jenis dan status satuan pendidikan.
Program ini turut mendapat dukungan dari Pemerintah Australia melalui Program INOVASI yang telah bermitra dengan Kabupaten Bulungan sejak 2017. Konselor Pembangunan Manusia Kedutaan Besar Australia, Hannah Derwent, menyatakan bahwa pihaknya bangga menjadi bagian dari inisiatif ini. “Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Pemerintah Australia, melalui Program INOVASI, berkomitmen mendukung Kabupaten Bulungan dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar yang inklusif dan berkelanjutan,” katanya.
Pelaksanaan program ini juga melibatkan kerja lintas sektor melalui Kelompok Kerja (Pokja) Pendidikan Inklusif Kabupaten Bulungan. Pokja ini terdiri dari unsur Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Bappeda, lembaga layanan sosial, organisasi penyandang disabilitas, perusahaan melalui program CSR, serta mitra pembangunan seperti INOVASI. Dengan koordinasi yang kuat, Pokja memastikan bahwa seluruh intervensi berbasis data dapat dijalankan secara tepat dan menyeluruh. “Pendekatan kolaboratif ini menjadikan pendidikan inklusif bukan sekadar kebijakan, tetapi gerakan bersama,” ujar Agus Prayitno, Provincial Manager INOVASI Kalimantan Utara.
Salah satu guru, Nurhayati Luther dari SDN 023 Tanjung Selor, juga merasakan langsung dampak kehadiran JEJOO. Ia menyebut sistem ini sangat membantu dalam merancang strategi pembelajaran bagi siswa penyandang disabilitas, terutama mereka yang memiliki hambatan kognitif. JEJOO menganalisis data siswa dan memberikan rekomendasi metode pembelajaran, seperti penggunaan media visual untuk anak yang kesulitan memahami instruksi verbal. “Dengan JEJOO, saya tidak lagi menebak-nebak. Saya merasa lebih percaya diri karena didampingi oleh sistem yang berpihak pada anak,” ujarnya. Nurhayati berharap program ini bisa terus dikembangkan dan diakses oleh lebih banyak guru, terutama di wilayah terpencil.
Berikut link Video : https://www.youtube.com/watch?v=GSQB8cFC8vQ&t=13229s